Madihin merupakan kesenian tradisional khas Kalimantan Selatan yang sudah ada sejak zaman dahulu, menurut beberapa sumber madihin sudah ada sejak masuknya agama islam ke wilayah Kerajaan Banjar pada tahun 1526. Madihin merupakan kesenian yang di bawakan perorangan atau berdua dengan dipadukan alat musik berupa terbang (gendang) berbunyi bass. Terbang madihin sendiri terbuat dari kulit sapi dan direkatkan pada kayu yang terbuat dari kayu ulin atau kayu kulit nangka.Madihin sendiri berasal dari kata madah dalam bahasa Arab yang berarti "nasihat", tetapi bisa juga berarti "pujian" merupakan sebuah genre puisi dari suku Banjar . Puisi rakyat anonim bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis banjar di Kalimantan Selatan saja.
Madihin merupakan genre/jenis puisi rakyat anonim berbahasa Banjar yang bertipe hiburan. Madihin dituturkan di depan publik dengan cara dihapalkan tanpa membaca teks oleh 1 orang, 2 orang, atau 4 orang. Seniman Madihin disebut Pamadihinan.
Biasanya, kesenian madihin dimainkan pada malam hari, namun pada masa sekarang juga dapat lakukan di siang hari sesuai permintaan. Madihin biasanya dimainkan pada acara-acara karasmin, seperti acara adat, acara resepsi pernikahan, acara rakyat dan lain-lain.
Madihin harus terus dilestarikan, untuk itulah dalam mata pelajaran Muatan Lokal Sekolah Dasar Kelas V , Materi tentang madihin diperkenalkan.
Saya selaku guru kelas V ingin turut serta melestarikan budaya daerah saya dengan mengajar materi tentang madihin tidak hanya dalam bentuk teori tapi juga dalam bentuk praktek.
Awal mula saya memperkenal madihin secara teori kepada murid-murid, selanjutnya dengan diiringi tepukan terbang bass yang saya punya, saya mulai melantunkan syair madihin di hadapan murid-murid saya, syair tersebut saya buat satu malam sebelumnya isinya bertemakan "papadahan" nasihat untuk murid-murid saya, juga dibubuhi sedikit humor candaan tentang sifat-sifat dan karakter semua murid-murid saya yang bermacam-macam dan unik, tak ayal semua itu mengundang gelak tawa bagi mereka semua.
Finally tahap evaluasi saya minta murid-murid saya untuk membuat 1 bait madihin yang isinya nasihat, dengan semangat mereka mengerjakannya dan menggali kreatifitas mereka.
Setelah tugas tersebut selesai satu persatu mereka harus membacakan bait madihin tersebut sesuai lagu madihin dan cengkoknya yang sudah saya ajarkan, mereka membacanya sambung menyambung satu sama lain, dan saya bertugas untuk memberikan irikan tepukan terbang.
Dan hasilnya..... mereka tak hanya mengenal apa itu madihin tapi juga mampu turut serta bermadihin, dan itulah cara kami untuk melestarikan budaya kami.
Karena manusia dan budaya akan selalu hidup berdampingan ^_^
Salam Cerdas!
Posting Komentar